PURWOREJO, pelita.co, – Perkumpulan Keluarga Besar Purworejo (Pakuwojo) bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, menggelar diskusi publik tentang Manuskrip Bagelen sebagai Jatidiri dan Kebanggan Rakyat Kabupaten Purworejo, di Sultan Cafe Purworejo, pada Rabu (9/10/2024).
Dalam diskusi ini sejumlah nara sumber dihadirkan diantaranya DR. Sudibyo M.Hum (Dosen FIB UGM Yogyakarta), Azhayanti (Pewaris Risalah Dolalak Purworejo), Witoyo SPd.MM (Penerjemah Babad Kedungkebo) dan Ilhan Sidiq (Wasekjend Pakuwojo, Pemerhati Budaya).
Hadiri dalam duskusi ini puluhan sejarawan, seniman, pemerhati budaya, serta komunitas di Purworejo.
Diskusi yang berlangsung meriah juga diselingi dengan penampilan groub keroncong Muda Mudi.
Ketua Umum Pakuwojo, yang juga sebagai Tim Strategi Komunikasi Diskusi Publik Dirjend Kebudayaan, Rendra Kusuma Wijaya, mengatakan, kegiatan diskusi publik ini merupakan suatu bentuk kegiatan yang diinisiasi oleh Dirjend Kebudayaan, bagaimana para pelaku budaya kemudian stakholder kebudayaan, untuk mengimplentasikan dari undang undang nomor tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
“Dimana sebenarnya implementasi kebudayaan sudah cukup banyak dilakukan oleh komunitas, oleh kampus, oleh pemerintah sehingga perlu digaungkan lebih dalam dan harapanya ada satu pemahaman bersama dengan obyek- obyek pemajuan kebudayaan. Dimana dalam obyek pemajuan kebudayaan ini salah satu hal penting adalah Manuskrip di Purworejo, yang banyak dan masih tersembunyi di bawah,” kata Rendra Kusuma Wijaya, saat ditemui di sela acara.
Disebutkan, dalam diskusi publik itu ada dua tema yang paparkan, dan ini menjadi bagian penting bahwa manuskrip, karya sastra perlu dikaji lebih dalam dan bisa diangkat oleh pemerintah daerah karena banyak nilai nilai yang terkandung dalam kontek manuskrip itu sendiri.
“Kalau dalam kontek Pakuwojo, ini menjadi kontribusi kami di Pakuwojo untuk terus berbuat bagaimana menggali soal kebudayaan, sehingga Pakuwojo yang baru ini menjadi Pakuwojo yang betul- betul bisa bersinergi dengan siapapun, dengan pemerintah daerah dengan komunitas masyarakat, agar ke depan bisa berkembang dan mengangkat nama Purworejo,” ujarnya.
Dari hasil diskusi ini, lanjutnya, akan di rangkum kemudian disampaikan ke Dirjend Kebudayaan untuk menentukan langkah selanjutnya. Ia berharap kedepan diskusi publik itu bisa terus dilakukan oleh sehingga obyek kebudayaan bisa tergali dengan baik dan bisa terus dikembangkan.
“Karena masih banyak yang terpendam di Purworejo,” jelasnya.
Ilhan Sidiq selaku Wasekjend Pakuwojo dan Pemerhati Budaya menambahkan acara diskusi publik ini merupakan kesempatan yang sangat istimewa dan berharga bagi semua, karena bisa bersama-sama mengupas salah satu warisan budaya yang sangat penting bagi masyarakat Kabupaten Purworejo, yaitu Manuskrip Bagelenan.
“Manuskrip ini tidak hanya menjadi saksi sejarah, tetapi juga menjadi cerminan dari kekayaan nilai-nilai lokal, kearifan budaya, dan identitas yang telah diwariskan oleh leluhur kita sejak zaman dahulu,” katanya.
Dijelaskan, manuskrip atau naskah kuno Bagelenan merupakan salah satu peninggalan yang memiliki nilai sejarah dan budaya yang sangat tinggi. Didalamnya terkandung pesan- pesan moral, pandangan hidup, serta ajaran-ajaran yang menjadi pedoman bagi kehidupan di masyarakat
“Melalui karya-karya tulis tersebut, kita bisa memahami lebih dalam tentang karakter, kebijaksanaan, serta cara pandang nenek moyang kita dalam menyikapi berbagai aspek kehidupan, baik itu sosial, budaya, agama, maupun politik,” jelasnya.
Menurutnya, diskusi dengan mengangkat tema “Manuskrip Bagelenan sebagai Jatidiri dan Kebanggaan Masyarakat Kabupaten Purworejo dilaksanakan karena ingin mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bersama-sama menggali kembali makna dan nilai-nilai yang terkandung dalam naskah tersebut.
“Tema ini bukanlah sekadar ajakan untuk mengenang masa lalu, melainkan sebuah dorongan untuk meneguhkan jati diri kita sebagai warga Purworejo yang bangga akan warisan budaya leluhur. Dan manuskrip ini adalah bagian dari identitas kita, sebuah simbol kebanggaan yang perlu kita jaga, pelajari, dan kenalkan kepada generasi muda,” terangnya.
Sementara itu, Ketua panitia kegiatan diskusi publik, Defrin Cahyanto Pratama, mengatakan, yang melatar belakangi kegiatan diskusi publik ini adalah karena dirinya melihat kebudayaan di Purworejo sudah mulai menghilang, salah satunya adalah manuskrip Bagelenan.
“Manuskrip Bagelenan ini kan ada beberapa naskah yang akan dibedah, itu yang akan kita angkat, kita perkenalkan kembali kepada generasi muda, bahwa manuskrip ini punya nilai- nilai yang bisa kita terapkan di kehidupan sehari- hari.
Ia berharap generasi muda mulai mengetahui bahwa Manuskrip Bagelen ini diangkat karena didalamnya banyak cerita yang bisa diangkat,.
“Seperti di kehidupan nenek moyang kita dulu, banyak nilai- nilai yang diterapkan, dan aspek – aspek lain yang juga bisa diterapkan seperti agama, politik, dan lain sebagainya,” pungkasnya.