PURWOREJO, Pelita.co,-Keberadaan institusi kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, poliklinik dan sebagainya, memegang peranan penting dalam mendukung terwujudnya derajat kesehatan masyarakat. Institusi kesehatan dituntut dapat melayani masyarakat, berkembang, mandiri, mampu bersaing memberikan pelayanan bermutu dan terjangkau bagi masyarakat.
Penekanan itu disampaikan Plt Bupati Purworejo Hj Yuli Hastuti SH saat melaunching Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi, serta menandatangani komitmen bersama penurunan angka kematian bayi.
Launching ditandai dengan menyentuh tangan di layar monitor, di Auditorium RSUD dr Tjitrowardojo, Kamis (23/11/2023). Turut ikut mendampingi Kepala Dinkes dr Sudarmi MM, Direktur RSUD dr Tjitrowardojo dr Tolkhah Amaruddin Sp THT Mkes dan Kepala BKPSDM Fitri Edhie Nugroho SE MM.
Plt Bupati Hj Yuli Hastuti SH, dalam kesempatan tersebut mengucapkan selamat dan mengapresiasi kepada RSUD dr. Tjitrowardojo Purworejo, yang telah membangun rumah sakit sayang ibu dan Bayi.
“Semoga fasilitas kesehatan ini dapat menjadi harapan baru bagi peningkatan kesehatan ibu, bayi dan keluarga di wilayah kita,” katanya.
Ia menambahkan Layanan kesehatan adalah hak dasar setiap individu, dan pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menyediakan akses yang mudah dan berkualitas. Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi dirancang dengan memperhatikan berbagai aspek, mulai dari kenyamanan hingga pelayanan yang ramah dan berbasis teknologi mutakhir.
“Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi merupakan perwujudan dari tekad kita untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, terutama bagi ibu, bayi dan keluarga. Nama “Sayang Ibu dan Bayi” bukan hanya sebagai ungkapan kasih sayang, tetapi sebagai simbol kepedulian kita terhadap kesejahteraan perempuan dan bayi” ujarnya.
Plt Bupati Purworejo juga mengajak seluruh komponen masyarakat, khususnya para tokoh masyarakat dan agama, untuk mendukung dan mensosialisasikan layanan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi ini.
“Mari kita bersama-sama menjaga kesehatan ibu, bayi dan keluarga, karena kesehatan adalah investasi bagi masa depan yang lebih baik,” ajaknya.
Sementara itu direktur RSUD dr Tjitrowardojo dr Tolkhah Amaruddin Sp THT Mkes dalam laporannya mengatakan akan meningkatkan kemampuan terkait penanganan kasus bayi dari asfiksi dan sepsis. Sebab angka kematian ibu dan anak menjadi program nasional dari bidang kesehatan yang menjadi indikator baik tidaknya pelayanan kesehatan di suatu daerah.
Ia berharap angka kematian ibu hamil di Kabupaten Purworejo tidak tambah lagi yaitu 5 orang. Ini semua berkat hasil kerjasama dan kolaborasi kita semua, sehingga dapat menekan angka kematian ibu.
“Tetapi kita juga perlu prihatin dengan kematian bayi diumur dibawah 1 tahun, tercatat mencapai 88 bayi. Dari data tersebut menjadi fokus saya melakukan terobosan melalui proper untuk menurunkan angka kematian bayi,” jelasnya.