PURWOREJO, Pelita.co,-SMA Negeri 7 Purworejo yang masih berdiri megah dan terpelihara dengan baik. Dulu sekolah ini merupakan kompleks gedung Hoogere Kweek School (HKS) Purworejo. Sekolah ini Pertama kali berdiri bernama HKS, Mulo, SGB/SGA, SPG, SMAN 3 dan sekarang menjadi SMAN 7 Purworejo.
Hal itu disampaikan Wakil Ketua DPRD Kelik Susilo Ardani yang juga
turut serta mendorong tercetusnya SMAN 7 Purworejo sebagai Sekolah Cagar Budaya Nasional saat menghadiri acara peringatan Hari Guru Nasional, Sabtu (25/11/23).
Kelik Ardani menjelaskan, awal mula bangunan SMAN 7 Purworejo ditetapkan sebagai Sekolah Cagar Budaya Nasional tidaklah mudah karena melalui perjalanan yang sangat panjang dan melelahkan.
“Saat itu yang pertama kami lakukan dengan penelusuran ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menginformasikan bahwa Pendidikan guru HKS atau Sekolah Guru Tingkat Atas Negeri pertama kali ada di Indonesia berada di Kabupaten Purworejo. Karena kita mendapat Informasi valid tersebut berasal dari sebuah museum di Belanda, bahkan termasuk pembuat denah sekolah,” terang Kelik.
Mulai saat itu DPRD menginisiasi bahwa Purworejo mempunyai sejarah besar tentang gedung SMAN 7 tapi secara legal formal belum dinyatakan. “Untuk menjadi legal formal kita harus mengajukan dyarat-syarat supaya bisa dipenuhi, termasuk kerjasama dengan berbagai pihak, selain itu kami juga mendatangkan Tim Ahli Cagar Budaya Nasional (ACBN) untuk melihat langsung dan akhirnya layak diajukan,” jelas Kelik.
Setelah pengajuan tersebut, tim Cagar Budaya Nasional datang langsung ke Purworejo untuk melihat langsung situs Cagar Budaya SMA 7 Purworejo. Akhirnya, setelah perjuangan selama 2 tahun SK dan sertifikat resmi diberikan hari ini.
“Akhirnya perjuangan selama bertahun-tahun, Alhamdulilah bisa mendapatkan SK dan sertifikat sebagai legalitas,” kata Kelik.
Sementara Humas SMAN 7 Widyastuti yang juga pegiat sejarah dan termasuk aktif dalam memperjuangkan cagar budaya, menjelaskan, Pendidikan guru HKS atau Sekolah Guru tingkat Atas negeri secara resmi didirikan pada tanggal 20 Oktober 1914 di Purworejo, oleh Dr. GAJ Hazeu, seorang direktur pada kementerian pendidikan zaman Belanda.
Widyastuti menjelaskan, dipilihnya Purworejo sebagai sekolah guru HKS Negeri yang pertama tentu ada alasan yang mendasarinya. Karena sat itu Purworejo dipandang sebagai kota yang tenang, kondusif, dan tidak bergejolak sehingga menjadi pilihan pertama, kemudian menyusul Bandung dan Magelang hingga HKS berakhir pada tahun 1932.
“HKS menjadi tonggak penting dalam sejarah pendidikan karena menjadi sekolah pelatihan guru di kalangan pribumi atau bumiputera yang secara bertahap keberadaannya menggantikan guru-guru Eropa untuk mengajar di Holland Ilandsche School ,(HIS) atau sekolah dasar berbahasa Belanda.
“Mau masuk HKS dulu seleksinya sangat ketat sehingga setiap tahunnya hanya menerima sekitar 18 sampai 20 siswa yang berasal dari seluruh wilayah Hindia Belanda, dari ujung timur yakni Madura hingga Sumatera,”ungkapnya.
Waktu itu sekolah di HKS juga dijuluki sebagai Sekolah Raja karena murid-muridnya berasal dari kalangan terpelajar. HKS Purworejo saat itu dipimpin oleh direktur pertama yakni Johannes Dionisius Winnen yang memimpin selama enam tahun.
“Siswa lulusan HKS banyak yang menjadi tokoh pendidikan maupun tokoh nasional seperti Oto Iskandardinata lulusan 1920, Overste Isdiman tokoh Palagan Ambarawa 1926, Prof. Dr. Sugarda Purbakawatja 1921 pendiri Uncen dan beberapa perguruan tinggi di Indonesia, R.F. Atmadarsana, dan R.M. Isdiman Soerjokoesoemo,” tandasnya
Sementara itu Kepala Sekolah SMA 7 Purworejo Niken Wahyuni saat ditemui usai menerima penetapan SK yang diserahkan dari pihak Kementerian Dikbudristek mengatakan, situs SMAN 7 Purworejo yang diusulkan menjadi Cagar Budaya Peringkat Nasional mencakup Bangunan SMAN 7 Purworejo, Bangunan SMPN 1 Purworejo, bangunan rumah dinas, serta struktur tugu, jalan, dan jembatan di dalam area kompleks SMAN 7 Purworejo.
“Bangunan sejarahnya disini masih lengkap, bahkan ada asrama bagi guru dan siswa ,” ungkap Niken
Niken menambahkan, dengan penetapan SMAN 7 Purworejo menjadi Cagar Budaya Peringkat Nasional diharapkan dapat menguatkan kesadaran masyarakat terhadap pelestarian Cagar Budaya yang menjadi jejak peradaban dan sejarah bangsa.
“Dengan legalitas ini kami berharap
dapat menambah semangat untuk terus menjaga warisan bangsa ini. Bahkan rencananya bangunan ini akan dijadikan museum,” tandas Niken.