JAMBI, Pelita.co – Petani pinang di Provinsi Jambi, seperti yang terdapat di Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabar), dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim), masih dalam kondisi perekonomian yang sangat sulit.
Pasalnya, harga pinang yang dihasilkan petani sampai sekarang ini masih terpuruk, dan bahkan sudah berlangsung cukup lama. Harga pinang kering hanya dihargai antara Rp 4.000/kilogram s/d Rp 5.000/kilogram.
Beberapa petani pinang di kedua daerah itu kepada Pelita.co, Kamis (6/4-2023) mengungkapkan, anjloknya harga pinang sampai saat sekarang ini, belum ada upaya yang dilakukan pemerintah untuk kembali mendorong naiknya harga pinang yang dihasilkan petani pinang di Jambi.
Petani pinang, kata Nurdin (46) asal Tanjung Jabung Barat, petani pinang hanya bisa pasrah menghadapi anjloknya harga pinang, dan kondisi ini sudah berlangsung cukup lama.
“Sekarang ini, hasil dari panen pinang tidak lagi dapat menjadi tumpuan membiayai hidup petani, terlebih untuk membiayai anak – anak petani bersekolah,” kata Nurdin.
Makanya, sambung Nurdin, sekarang ini banyak petani pinang yang mencari lapangan kerja lain, seperti kerja jadi buruh bangunan, dan yang lainnya, sementara harapan petani agar pemerintah daerah dapat berupaya meningkatnya malah sepertinya abai memikirkan kondisi ini.
Selain Nurdin, petani pinang di Tanjung Jabung Timur, Rosid (39) mengungkapkan, dampak dari anjloknya harga pinang sekarang ini menjadi pukulan berat bagi hidup petani pinang, terlebih seperti saat sekarang ini dalam menghadapi Lebaran Idul Fitri.
“Petani pinang sekarang ini, hidup miskin karena hasil pinang yang mereka produksi dihargai cukup rendah, yakni antara Rp 4.000/kilogram s/d Rp 5.000/kilogram,” terang Rosid.
Kami hanya bisa pasrah, kata Rosid, sambil berharap ada upaya yang dilakukan untuk kembali mendongkrak naiknya harga pinang kembali. (fay/can)