PURWOREJO, Pelita.co,- Tahun 2022 Kasus HIV di Kabupaten Purworejo, cenderung mengalami kenaikan, di bulan Januari terdapat 3 kasus HIV, dan di bulan Februari bertambah ada 4 kasus HIV.
Sedangkan data dari Dinas Kesehatan, selama tahun 2021, terdapat 51 kasus HIV, dan 3 orang meninggal dunia.
Kepala Dinas Kesehatan Purworejo dr Sudarmi, MM, melalui dr Budi Susanti, Kabid Yankes Kesmas (Layanan Kesehatan Kesehatan Masyarakat) menjelaskan jumlah kasus HIV di Purworejo dari tahun 2021 hingga Februari 2022 terdapat 58 kasus.
“Dinkes Purworejo sendiri selama ini ketika ada yang positif HIV, selalu mendampingi, kita punya 11 layanan, untuk penderita HIV ,” jelas Santi, Senin(14/2/22).
Adapun 11 layanan tersebut terang Santi, di 9 puskesmas dan 2 rumah sakit RS Tjokronegoro dan RS Tjitrowardojo untuk penanganan pasien HIV.
Menurutnya, untuk pasien HIV itu sendir selama ini belum ada obatnya, pengobatannya rutin seumur hidup. Itupun obatnya hanya untuk memperlabat virus saja,” jelas Santi.
Santi menjelaskan kasus HIV sendiri penularannya tidak hanya melalui hubungan seksual, tetapi juga bisa melalui jarum suntik, darah, menggunkan alat potong kuku bergantian, silet cukur rambut yang tidak diganti dan tranfusi darah jika transfusinya mengandung virus HIV.
“Namun untuk PMI kini sudah selektif, misalnya jika dari pendonor itu darahnya mengandung virus HIV otomatis tidak dipakai,” kata Santi.
Santi mengungkapkan, dalam kasus ini, jika saat pemeriksaan ditemukan ada satu yang positif, akan dilakukan tracking, dengan mencari kontak eratnya dengan siapa saja, untuk dilakukan testing.
“Testing untuk HIV ini ada 3. Contohnya saat diperiksa ada yang positif, kita akan dicari kontak eratnya, dan akan dilakukan test. Ketika nanti tesnya positif, bukan berarti langsung didiagnosa HIV, kita Perlu pemeriksaan kedua dan ketiga,” jelasnya.
Lanjut Santi, Ketika hasil pemeriksaan kedua dan ketiga positif, ya memang sudah bisa ditegakkan diagnosa HIV. Kemudian dilakukan pengobatan dan dilakukan pemantaun.
“Penderita HIV Di Purworejo selama ini ada perkumpulan bagi penderita HIV, namanya Roda Pedati, fungsinya untuk saling menguatkan sesama penderita,” ucapnya.
Untuk profesi para penderita HIV di Purworejo kata Santi, dari berbagai latar belakang, ada pelajar, mahasiswa, swasta, buruh, petani, pedagang, dan ibu rumah tangga, namun paling banyak laki-laki.
Memang ucap Santi, di Purworejo kasus HIV cenderung ada kenaikan. Maka pihaknya bekerjasama dengan Satpol PP. Ketika Satpol melakukan kegiatan razia ke tempat yang terindikasi banyak penularan HIV seperti pada waria, Gay (laki-laki suka laki-laki), dan orang-orang yang beresiko, dari Dinkes diminta mendampingi.
“Saat razia akan kita lakukan testing HIV. Jika positif kita arahkan ke 11 faskes tadi untuk pemeriksaan kedua dan ketiga. Seperti kemarin Jumat (11/2/22) malam kita bersama Satpol PP melakukan ‘sosialisasi’ masalah HIV -AIDS kepada Pekerja hiburan malam yang kita kumpulkan, setelah kita periksa ada 1 orang yang reaktif HIV-AIDS,” ucap Santi
Dinkes sendiri selama ini berusaha mencari penderita HIV dengan langsung melakukan testing, tujuannya biar cepat terobati dan tertangani.
“Karena jika tidak tertangani, 10 tahun kedepan penderita HIV akan masuk stadium AIDS, itu yang tidak diharapkan. Namun jika cepat diobati akan seperti orang normal,” ujarnya.
Belakangan ini ungkap Susanti, penyumbang HIV terbanyak dari Gay dan mereks kebanyakan pelajar dan mahasiswa.
Saya menghimbau kepada masyarakat untuk berperilaku sex sehat dengan pasangannya dan tidak melaksanakan perilaku menyimpang, jika merasa punya resiko silahkan test, nggak usah takut,”pungkas Santi.