PURWOREJO, Pelita.co,-Komite Teater Dewan Kesenian Purworejo (DKP) menggelar Temu Teater Pelajar Purworejo 2023 di Auditorium SMK Bhakti Putra Bangsa (Bharasa) Purworejo, Senin (18/12/23).
Event yang baru perdana digelar tersebut diikuti sekitar 60 peserta perwakilan dari siswa, guru pengampu seni budaya/ekstrakurikuler teater jenjang SMP/MTs dan SMA/SMK/MA, dan aktivis teater perguruan tinggi. Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Surya UMP hadir secara khusus untuk menyajikan beberapa pertunjukan.
Kegiatan secara simbolik dibuka oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Kabupaten Purworejo yang diwakili Sekretaris Dindikbud, Kusnaeni MPd. Hadir antara lain Ketua Harian DKP, Agus Pramono, bersama sejumlah pengurus, dan Kepala SMK Bharasa, Kusumandari SPd MPd.
Sekarang ini banyak sekolah di Kabupaten Purworejo ingin menggeliatkan kembali ekstrakurikuler seni teater. Namun, sejumlah faktor menjadi kendala. Mulai dari belum adanya pelatih khusus yang fokus melakukan pendampingan hingga keterbatasan anggaran ketika harus mengikuti kegiatan atau kompetisi teater.
Dalam acara ini selama setengah hari, para peserta akan diajak berdiskusi dengan tema “Apa kabar teater pelajar?” bersama 2 orang narasumber pemantik. Keduanya yakni Makhasin (Praktisi Teater, Pembina Komunitas Teater Purworejo dan Guru MTsN 2 Purworejo) dengan, serta Charis Mun’im (Ketua Teater Ego Kebumen dan Divisi Teater Dewan Kesenian Daerah Kebumen).
Selain diskusi para peserta juga mendapatkan tambahan materi seputar manajemen pertunjukan dalam workshop yang diisi oleh Ketua Komunitas Teater Purworejo, Achmad Fajar Chalik.
Diskusi berlangsung interaktif. Beberapa perwakilan guru menyampaikan bahwa aktivitas teater sekolah dalam beberapa tahun terakhir mengalami penurunan. Selain terdampak pandemi Covid-19, faktor lainnya yakni tidak adanya pelatih tetap dan terbatasnya alokasi anggaran untuk kegiatan teater.
Sekretaris Dindikbud, Kusnaeni mengatakan sejumlah persoalan yang ada saat ini, pihaknya pun mendorong agar sekolah-sekolah dapat memiliki pelatih tetap yang handal.
“Teater itu dapat menumbuhkan karakter positif bagi siswa. Apalagi sekarang Kurikulum Merdeka yang diutamakan karakter siswa. Dengan anak-anak mengikuti teater, kompetensi sosialnya akan meningkat, memiliki komunikasi yang baik, dan terlatih mengelola emosi yang baik,” ungkapnya.
Dalam hal ini Kusnaeni sangat mengapresiasi kepada Komite Teater DKP yang telah menginisiasi Temu Teater Pelajar untuk kali pertama. Menurutnya, event tersebut turut membantu pemerintah dalam hal pembinaan kesenian, khususnya di kalangan pendidikan.
“Tidak hanya teater, Dewan Kesenian dengan komite-komite yang lain silakan bisa berkomunikasi dengan kami, khsususnya melalui bidang kebudayaan untuk bersama-sama merumuskan program demi kemaujuan kesenian di Kabupaten Purworejo,” ucapnya.
Sedangkan menurut Yulianti, hingga saat ini para siswa masih antusias mengikuti ekstrakurikuler teater. Namun, pengembangan bakat siswa terkendala akibat tidak adanya pelatih khusus.
“Dulu Teater Raut sangat aktif, termasuk mengikuti event kompetisi teater dan sering juara, tetapi sekarang memang seperti mati suri,” kata Yuliati, perwakilan guru pengampu SMAN 2 Purworejo.
“Banyak sekolah sekarang itu tidak punya pelatih, seperti kami. Harapannya Dewan Kesenian bisa menjembatani, misalnya memberikan informasi terkait pelatih melalui forum MGMP Seni Budaya,” sebutnya.
Tidak hanya SMA, kondisi serupa juga terjadi pada jenjang SMP. Sejumlah siswa pun turut menyampaikan harapannya agar teater sekolah dapat kembali dihidupkan, misalnya dengan event festival sehingga menguatkan motivasi.
Sementara ketua Komite Teater DKP, Eko Sutopo, dalam laporannya menyampaikan bahwa Temu Teater Pelajar baru pertama digelar. Latar belakang penyelenggaraannya berawal dari adanya informasi beberapa sekolah yang mengaku butuh pelatih teater. Adanya temu teater sekaligus menjadi momentum untuk melakukan pendataan, menginventarisasi persoalan-persoalan atau kendala pengembangan teater sekolah, dan merumuskan solusi dan/ atau program kebijakan DKP untuk membantu mengatasinya.
“Dalam forum ini kami juga menghadirkan para pelaku teater, seperti teater perguruan tinggi dan komunitas sehingga langsung terjadi komunikasi untuk mengisi kekosongan pelatih di beberapa sekolah. Pada event perdana ini memang belum semua sekolah bisa kami undang. Harapannya ke depan dapat rutin digelar dengan penyesuaian konsep,” jelasnya.
Ketua Harian DKP, Agus Pramono, menyebut dinamika teater pelajar Purworejo mengalami pasang surut dari tahun ke tahun. Secara kualitas, cenderung mengalami peningkatan yang ditandai dengan banyaknya prestasi siswa dalam sejumlah kompetisi, baik di tingkat regional maupun nasional. Sebagai contoh mampu meraih medali emas Cabang Pantomim FLS2N Jenjang SMP Tingkat Nasional 2023 belum lama ini.
Namun, secara kuantitas, semakin sedikit sekolah yang mengaktifkan ekstrakurikuler teater.
Hal itu kerap mengakibatkan minimnya keterlibatan sekolah ketika ada event kompetisi di tingkat kabupaten.
“Kelompok teater umum atau mandiri di Purworejo mengalami perkembangan yang baik, tapi untuk sekolah ini memang perlu perhatian khusus,” tandasnya.