DEPOK,Pelita.co – Tongkat komando kepemimpinan Kepala Kepolisian RI Jenderal (Purn) Prof. H.M. Tito Karnavian, Ph.D diserahkan secara resmi kepada Jenderal Pol. Drs. Idham Azis, M.Si hari ini, Rabu (06/11/2019). Upacara serah terima jabatan Bhayangkara 1 itu dilakukan di Mako Brimob Polri, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat.
Kegiatan yang mengusung tema ‘Pengabdian Bhayangkara Sejati untuk Indonesia Maju’ ini memiliki tiga rangkaian acara, yaitu Upacara Serah Terima Panji-Panji Kepolisian Negara Republik Indonesia Tribrata, Tradisi Pengantar Tugas, dan Tradisi Pelepasan.
“Mungkin ini agak berbeda dengan tahun sebelumnya, dengan penyerahan tongkat komando tapi sudah ada terobosan lain, ada pelantikan Bapak Jenderal Pol. Idham Aziz menerima kenaikan pangkat sekaligus menerima tongkat komando, sehingga hari ini hanya dilaksanakan penyerahan panji-panji sebagai simbolis serah terima tersebut,” kata Tito.
Dalam sambutannya, Jenderal (Purn) Prof. H.M. Tito Karnavian, Ph.D yang kini menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri itu mengucapkan terimakasih kepada seluruh elemen yang memberikan dukungan dan arahan selama ia menjabat sebagai orang nomor satu di jajaran Kepolisian RI itu.
“Pada kesempatan yang baik ini, saya mengucapkan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya pada seluruh personel Polri pengabdian Bhayangkara sejati, seluruh jajaran Bhayangkari dan keluarga besar Polri atas pengabdian, perjuangan dan pegorbanan dalam memelihara keamanan dalam negeri. Pada kesempatan yang sangat penting ini saya juga menyampaikan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Presiden RI Bapak Ir. H. Joko widodo dan Wapres pada masanya yaitu Bapak H.M. Jusuf Kalla atas bimbingan, arahan dukungan dan petunjuk sehingga tugas-tugas ini dapat dilalui. Kepada seluruh anggota DPR RI khususnya Komisi III, kepada teman-teman Menteri Kabinet Kerja dan juga rekan-rekan Menteri di Kabinet Indonesia Maju, Kepala Daerah, dan seluruh mitra kerja juga bimbingan dan arahan serta nasihat dari para sesepuh Polri Ibu Ketua Umum Bhayangkari, Ketua Bhayangkari pada masanya, dan seluruh senior yang sudah Purna terutama, yang setiap saat banyak memberikan dukungan dan masukan yang membuat motivasi dan semangat untuk tegak berdiri menghadapi tantangan yang alhamdulillah dapat dilalui,” ungkapnya.
Ia juga menyanjung keharmonisan hubungan Polri dan TNI sehingga apresiasi dan ucapan teriamaksih juga turut disematkan kepada jajaran TNI dan pada Kepala Staf yang telah ia anggap sebagai saudara kandungnya sendiri.
“Terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Bapak Panglima TNI, serta Kepala Staf Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan juga Angkatan Udara, yang semuanya sudah saya anggap sebagai kakak kandung saya sendiri. Karena hubungan yang sangat baik, kekeluargaan seperti saudara membuat hubungan Polri-TNI menjadi baik. Dalam waktu 3 tahun 3 bulan dalam catatan kami tidak ada konflik atau permasalahan yang signifikan antara TNI dan Polri, dan saya yakin itu juga membuat kesejukan bagi masyarakat Indonesia,” kata Tito Karnavian.
Menurutnya, jabatan Kepala Kepolisian RI merupakan tugas yang paling kompleks dibandingkan dengan Kepala Kepolisian di dunia. Hal ini dilatarbelakangi oleh kondisi keragaman dan dinamika politik bangsa Indonesia.
“Maka tidak berlebihan mungkin kalau seandainya saya katakan bahwa tugas sebagai Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah salah satu tugas yang paling kompleks untuk Kepala Kepolisian di seluruh dunia. Kita tahu bahwa yang terbesar adalah China dengan personil yang jauh lebih besar, tapi memiliki sistem politik yang ‘less democratic’ dengan adanya satu partai sehinggga cenderung mudah untuk lebih dikendalikan. Tapi di Indonesia lah ‘open demokrasi’ dengan banyaknya low class vertical-horizontal yang cukup tinggi maka menjaga stabilitas kamtibmas di negara yang cukup besar inilah tidak mudah. Belum lagi mungkin persoalan-persoalan internal yang menyangkut 446 ribu personil ini lebih besar daripada negara di Pasifik atau negara Brunei misalnya,” jelasnya.
Pada kesempatan tersebut, Tito juga mengenang capaiannya selama menjabat sebagai Kapolri. Berbagai tantangan dalam menjaga ketertiban dan keamanan dari mulai event nasional, internasional, hingga aksi terorisme mampu dihadapi atas dukungan dan kerjasama semua pihak.
“Alhamdulillah dalam waktu lebih kurang 3 tahun 3 bulan semenjak menjabat tanggal 13 Juli 2016 dan berakhir tanggal 20 Oktober 2019 berbagai tantangan alhamdulillah dapat dijalani. Saya kira jika memutar balik kembali selama 3 tahun 3 bulan dalam catatan saya pribadi itu banyak tantangan-tantangan yang signifikan di samping reguler atau yang rutin di antaranya Pilkada Jakarta Tahun 2017 yang cukup panjang dan cukup melelahkan, kita juga mendapatkan kehormatan Kepolisian Negara Indonesia menjadi tuan rumah Interpol ke-85 di Bali pada November 2016 dan mendapat catatan khusus dari Interpol karena memecahkan rekor dengan dihadiri oleh 163 Kepala Polisi seluruh indonesia. Pengamanan Pilkada serentak di 101 wilayah tahun 2017, di tahun 2018 yakni 171 wilayah, serta rangkaian Pemilu Serentak. Di samping itu event Internasional mulai dari Asian Games yang juga Alhamdulillah mendapatkan jalan dengan sukses, Asian Para Games, di samping itu kita juga menghadapi aksi-aksi terorisme,” kenang Tito.
Polri adalah lembaga vertikal yang cukup besar dengan jumlah lebih kurang 446 ribu anggota, yang juga sebagai lembaga vertikal nomor 2 setelah TNI. Jajaran kepolisian juga tersebar sampai ke desa sehingga memiliki pengaruh yang cukup besar dalam dinamika situasi politik, keamanan, sosial, budaya, dalam gerak dinamika kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarkat. Tak hanya itu, Polri juga menjadi salah satu pengemban utama untuk menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat sebagaimna digariskan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002, dalam rangka untuk pelaksanaan kamtibnas, penegakkan hukum sekaligus memberikan perlindungan pengayoman kepada masyarakat di negara yang cukup pluralistik, dengan jumlah penduduk terbesar nomor 4 di dunia ini.
“Kemudian juga penanganan bencana alam baik di NTB, tsunami di Palu dan Donggala, tsunami Selat Sunda, ini juga menjadi tantangan tersendiri bagi kita semua dan juga beberapa aksi-aksi mobilisasi massa baik yang damai ataupun yang berkahir dengan anarkis yang berhubungan dengan dinamika politik yang terjadi di Indonesia termasuk peristiwa-peristiwa yang berakibat timbulnya korban di Papua misalnya, semua yang dapat kita lalui menjadi catatan sendiri bagi saya pribadi,” ujar Tito.
Jenderal (Purn.) Tito Karnavian resmi mundur dari jabatan sebagai Kapolri tertanggal 20 Oktober 2019. Ia mundur setelah didapuk sebagai Menteri Dalam Negeri dalam Kabinet Indonesia Maju. Kini jabatan Kapolri diemban oleh Jenderal Pol. Drs. Idham Aziz, M.Si yang resmi dilantik oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Jumat (01/11/2019)