KEBUMEN, Pelita.co,- Sat Reskrim Polres Kebumen berhasil mengungkap Kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) atau human trafficking. Dalam kasus ini, seorang perempuan inisial ST(38) warga Desa Mangunweni, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen ditetapkan sebagai tersangka.
Tersangka disangka melakukan penipuan terhadap calon tenaga kerja, di sisi lain, Penyidik juga mempersangkakan tersangka dengan pasal anti perdagangan orang karena diduga mengirim tenaga kerja ke luar negeri tidak melalui jalur yang resmi (ilegal).
Kapolres Kebumen AKBP Burhanuddin dalam keterangan pers mengungkapkan, total korban 25 orang dari dalam dan luar Kabupaten Kebumen. Jumlah ini dimungkinkan masih bisa bertambah.
“Selain didominasi warga Kebumen, para korban juga berasal dari Kabupaten Banyumas, dan Kabupaten Cilacap,”ungkap Kapolres saat konfrensi Pers didampingi Bupati Kebumen Arif Sugiyanto, Dandim 0709 Kebumen Letkol Czi Ardianta Purwandhana, Kejaksaan Negeri Kebumen, PN Kebumen dan Disnaker, Selasa (13/5/2023).
Dalam aksinya jelas kapolres, para korban dijanjikan akan bekerja di Jepang dengan gaji 30 juta Rupiah per bulan. Agar bisa bekerja di Jepang sebagai tenaga kerja Indonesia, para korban harus menyetorkan uang 120 juta Rupiah untuk mengurus persyaratan sekitar bulan Juni 2022.
“Namun setelah menyetorkan uang, tersangka tak kunjung memberangkatkan.
Ternyata uang dari korban, oleh tersangka digunakan untuk kepentingan pribadinya.
akhirnya oleh korban dilaporkan ke Polres Kebumen,” terang Kapolres.
Menurut kapolres, para korban sempat dibawa di penampungan di Jakarta sampai 6 hari. Akhirnya korban pulang ke wilayah masing-masing karena tidak ada kejelasan, padahal para korban sempat berharap banyak agar bisa diberangkatkan kerja di Jepang pada bulan April 2023, tapi impian itu sirna karena kena tipu.
Sementara itu menurut keterangan tersangka, ia mengatakan sebelumnya merupakan mantan TKW Jepang dan beberapa kali di China. Ia mengaku bisa memberangkatakan sejumlah orang untuk bekerja di Jepang dan China berdasarkan pengalamannya.
Ia mengaku dengan mudah mendapatkan para korban cukup dengan gaya hidupnya selama di Indonesia. “Mungkin para korban tergiur melihat saya. Sepertinya kehidupannya enak. Jadi banyak yang datang ke saya minta tolong,” katanya.