JAMBI, Pelita.co – Ribuan pekerja tambang batubara di Provinsi Jambi, terancam kehilangan lapangan kerja alias nganggur. Pasalnya, pengusaha tambang batubara tak lagi dapat bertahan di tengah berbagai tekanan yang menimbulkan kerugian cukup besar.
Selain, menyangkut angkutan batubara yang hingga saat ini belum juga terselesaikan, disisi lain ongkos angkut batubara dari bibir tambang ke Pelabuhan Talangduku cuku terus mengalami kenaikan yang sudah tidak berimbang dengan harga jual batubara yang mulai terus merosot.
Demikian diungkapkan Hendrik Tan, salah satu pemilik tambang batubara di Mandiangin, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi kepada Pelita.co, Rabu (8/2-2023).
Menurut Hendrik Tan, kebijakan atau keputusan yang diambil Pemerintah Provinsi Jambi selama ini, tidak pernah melibatkan pengusaha tambang batubara, sehingga kebijakan itu akhirnya mendorong naiknya ongkos angkut batubara tujuan Pelabuhan Talangduku di Kabupaten Muaro Jambi.
Awalnya, Pemerintah Provinsi Jambi, kata Hendrik Tan, memberlakukan volume angkut batubara hanya 8 ton, dan ini untuk mencegah tidak terjadinya kerusakan jalan yang terus meluas.
“Tentu pemberlakukan ini dinilai bagus, walaupun akhirnya harga angkut batubara terus bergejolak naik, dari yang awalnya Rp 160 ribu/ton, dan sekarang sudah mencapai Rp 300 ribu/ton,” kata Hendrik Tan.
Tetapi justru sekarang ini, truk pengangkut batubara kembali bisa mengangkut hingga mencapai belasan ton, sementara ongkos angkut justru tidak mengalami penurunan.
Hal serupa juga, kata Ia, menyangkut soal pembangunan jalan khusus batubara, dan selama ini bikin heboh seakan pengusaha pemilik tambang batubara di daerah ini abai untuk melaksanakan pembangunan jalan khusus itu.
Padahal tidak seperti itu, sebut Hendrik Tan, masalah yang sebenarnya menyangkut rencana pembangunan jalan khusus batubara, semestinya Pemerintah Provinsi Jambi memanggil seluruh pengusaha pemilik tambang, dan diajak secara bersama – sama untuk membahas soal membangun jalan khusus.
“Jangan sudah jadi masalah dilapangan baru sibuk soal jalan khusus, dan akhirnya berujung yang disalahkan itu pemilik tambang, dan begitulah yang terus terjadi,” terangnya.
Sekarang ini, lanjut Hendrik Tan, pemilik tambang batubara di Jambi rata – rata menghadapi tumpukan hutang, sementara batubara yang ada di tambang sulit untuk di jual karena persoalan angkut batubara ke pelabuhan.
Makanya, sekarang ini banyak pengusaha batubara di daerah ini mulai berfikir untuk mengirim batubara lewat pelabuhan di Provinsi Bengkulu dan Pelabuhan Teluk Bayur di Provinsi Sumatera Barat, harga ongkos angkut seimbang dan tidak ada masalah dibandingkan ke Jambi, tetapi jika ini berjalan nantinya Provinsi Jambi akan mengalami kerugian yang tidak sedikit.
“Ini yang dipertimbangkan pengusaha tambang batubara di Jambi, dan karena itu kita sebagai pengusaha tambang batubara menunggu Pemerintah Provinsi Jambi untuk diajak mengatasi masalah yang dihadapi karena Jambi memilik cadangan batubara cukup besar, dan tidak boleh salah urus,” begitu terangnya. (sal/can/fay)