PURWOREJO, Pelita.co,-Beberapa kasus bulliying yang terjadi, membuat miris. Apalagi kasus bulliying lebih sering menimpa anak-anak sekolah. Tentu diperlukan perhatian semua pihak untuk menghilangkan segala bentuk bulliying.
Termasuk budaya senioritas yang image nya selalu berada diposisi power, sehingga bisa bulliying kepada juniornya. Senioritas bukan berarti bisa melakukan bulliying, tetapi senior agar bisa menjadi pelindung.
Hal tersebut disampaikan Ketua DWP Kabupaten Purworejo Dra Erna Setyowati Said Romadhon pada kegiatan Talk Show yang membahas Stop Bulliying, di Pendopo Kabupaten Purworejo Jum’at (25/3/22).
Hadir dalam axara tersebut, penasehat DWP Fatimah Verena Prihastyari Agus Bastian SE, Ketua bidang pendidikan Ir Elly Pram Prasetyo, serta narasumber Dr Ika Endah Lestariningsih SPKJ MKes, dan Abdulah Sugito SPd MpdI.
Kegiatan talk show stop bulliying idiikuti oleh 100 peserta terdiri unsur pelaksana, Forum Komunikasi Anak (Forkare) Kabupaten Purworejo.
Erna Said mengatakan, bulliying akan merugikan korban dan pelaku sendiri. Selain itu buliyying sangat berdampak pada perkembangan mental dan fisik. Informasi dimedia sosial, efek dari buliying bermacam-macam. Seperti senioritas dengan membully junior sampai sakit dan bahkan sampai meninggal. Hal seperti ini yang kemudian berurusan dengan hukum.
“Saya berharap di Kabupaten Purworejo, tidak ada bulliying atau senioritas, baik di lingkungan sekolah, taman bermain, atau di organisasi. Berdasar evaluasi di Kabupaten Purworejo sudah tidak ada bulliying. Mudah-mudahan Kabupaten Purworejo bisa dicontoh oleh Kabupaten lain,” ucapnya.
Senentara dr Ika Endah Lestariningsih menyampaikan, awal mula sebab Buliyying itu dari penyakit hati seperti iri, dengki, sombong, juga sebab-sebab lain. Disini oeran orangtua sangat penting agar anak tidak menjadi pembully. Antara lain dimulai dari mendengarkan anak, kebutuhan anak tercukupi, dan pola asuh yang baik. Maka anak dapat merasa di hargai, sehingga anak itu akan menjadi maju.
“Ketika orang tua tidak bisa memenuhi kebutuhan anak, orang tuanya punya personality yang kurang baik, pasti anak tidak jauh dari orang tuanya, karena anak cenderung meniru orang tua,”ucapnya.
Menurut dr Ika, anak yang sudah di kecewakan di rumah, maka si anak punya kerentanan bulliying. Definisi bulliying adalah ada situasi dimana ada penyalahgunaan kekuasaan, kekuatan yang dilakukan oleh personal atau kelompok yang dilakukan sekali saja ataupun terus.
“Buliyying itu bisa dari berbagai cara mulai dari ferbal, fisik, emosional, ada juga siber bulliying. Adapun tanda-tanda bulliying yakni emosi berubah, tidak mau keluar rumah, tidak mau sekolah, bahkan ada yang di kamar mandi pelampiasan dengan menggoreskan dengan benda tajam,” ungkap dr Ika.
Abdulah Sugito mengatakan, penyebab awal dari bulliying sebenarnya bukan dari masyarakat atau lingkungan, tapi dari keluarga. Karena anak itu lahir dalam keadaan fitrah, tergantung peran orang tua.
“Tolong mulailah dari keluarga anak betul-betul diposisikan secara bener, jangan besarkan anak dengan kebencian tapi dengan kasih sayang. Saya tekankan sesungguhnya kerusakan di bumi ini awalnya bukan karena otak, bukan karena fisik, tapi karena hati. Terkait senioritas harus dipahami bahwa yang senior harus menghargai junior, dan yang junior menghormati senior. Kalau semua bisa memahami, tentu tidak ada istilah senioritas,” tuturnya.
Sementara itu Elly Pram mengungkapkan, Kegiatan talk show Stop bulliying ini bertujuan menigkatkan pengetahuan dalam mencegah dan mensiasati bulliying.
“Kegiatan ini juga untuk meningkatkan pengetahuan perihal psikologi anak dan orang tua,” pungkasnya.