Beranda News

Tahun Politik, ini Pesan MUI ke Khotib

Tangerang, PELITA.CO – Jelang tahun politik 2024, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengimbau kepada para penceramah atau khatib untuk tidak melakukan politisasi selama tahun politik. Hal itu seperti disampaikan Wakil Sekjen MUI, Arif Fahrudin di  seminar Halaqoh dan Sosialisasi Khutbah Jumat Islam Wasathiyah di Ciputat, Tangerang Selatan pada Minggu (23/7).

Menurutnya, khatib tidak boleh melakukan politisasi materi khotbah. Masyarakat atau para khatib perlu membedakan antara politik khotbah dengan politisasi khotbah.

“MUI bahkan menyampaikan pentingnya melakukan politik khotbah,” kata Arif Fahrudin.

Arif juga mengatakan, politik khotbah masih boleh disampaikan oleh para khatib. Politik khotbah itu menyampaikan pesan-pesan pengentasan kemiskinan, penguatan agama, serta peningkatan kualitas pendidikan dan literasi untuk masyarakat. Atau isu-isu sosial lain, seperti kesejahteraan sosial, akses kesehatan, dan lainnya.

Menurut dia politik khotbah sangat penting. Supaya, isi khotbah tidak melulu bertema langitan saja. Tema-tema langitan atau urusan akhirat itu penting, untuk meningkatkan iman dan taqwa. Namun, Tema-tema sosial atau yang membumi seperti kemiskinan, pendidikan, dan kesejahteraan umat juga sangat penting.

Baca juga :  Buat Girik Palsu, 4 Orang Tersangka Diamankan Ditreskrimum Polda Banten

“Kalau politisasi khotbah, MUI menegaskan no. Tidak boleh,” tandasnya.

Pemateri lain, Gus Najih Ar-Romadhoni mengatakan, khutbah memiliki peran strategis untuk menjaga relasi antara Islam dan Indonesia. Selama materi atau pesan yang dibawakan bernuansa sejuk dan tidak menjelek-jelekkan pihak lain.

 

 

“Materi khotbah harus baik, supaya tidak memecah belah umat dan mengurangi kesatuan bangsa,” katanya. Gus Najih mengingatkan bahwa keberagaman di Indonesia sangat luas. Dia juga mengatakan Indonesia adalah negara yang memberikan kebebasan kepada umat Islam.

Bahkan Indonesia adalah negara dengan jumlah masjid terbanyak di dunia. Banyaknya jumlah masjid itu, harus bisa dimanfaatkan untuk kebaikan. Masjid harus bisa menjadi tempat menyampaikan pesan anti perpecahan.

Gus Najih juga menyampaikan bahwa khatib sebaiknya menghindari masalah-masalah yang bersifat khilafiyah untuk disampaikan ke jemaahnya. Sebaliknya, khatib harus memperbaharui isi atau konten khotbahnya sesuai dengan isu-isu kebangsaan terkini.

Baca juga :  Diusia Ke 52, SMK YPT Berharap Semakin Maju

Dia juga menitipkan pesan kepada para DKM untuk memperhatikan buletin-buletin yang disebar di masjid-masjid. Jangan sampai buletin itu sebagai bentuk propaganda atau terindikasi menyampaikan ajaran sesat.