JAMBI, Pelita.co – Warga Jambi diminta untuk menghidari sebisa mungkin untuk tidak keluar rumah. Pasalnya, gerak semu mahatahri penyebab terjadinya tinggi suhu yang terjadi di seluruh daerah di Indonesia, sejak awal Lebaran Idul Fitri 2023.
Beberapa hari ini, masyarakat dihebohkan dengan tingginya suhu di sejumlah wilayah Indonesia. Khalayak menyoroti suhu yang tinggi ini, bahkan sampai mengunggah konten berisi tangkapan layar suhu udara di sekitarnya.
Kepala Bagian Humas Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Akhmad Taufan Maulana mengatakan, sejumlah wilayah memang tercatat mengalami suhu udara cukup tinggi.
Taufan menuturkan, pada kepada sejumlah media, kemarin, tiga stasiun pengamatan BMKG di Sulawesi mencatat suhu maksimum tertinggi, yakni Stasiun Meteorologi Hasanuddin (Makassar) 38.8 derajat celcius, Stasiun Klimatologi Maros 38.3 derajat celcius, dan Stasiun Meteorologi Sangia Ni Bandera 37.8 derajat celcius.
“Suhu tersebut merupakan catatan suhu tertinggi dalam satu tahun terakhir, di mana pada periode Oktober di tahun 2018 tercatat suhu maksimum mencapai 37 derajat celcius,” kata Taufan kepada kepada media.
Sementara itu, lanjut Taufan, stasiun-stasiun meteorologi yang ada di Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara mencatat suhu udara maksimum terukur berkisar antara 35-36.5 derajat celcius.
Gerak Semu Matahari
Taufan menjelaskan, berdasarkan persebaran suhu panas yang dominan berada di selatan khatulistiwa, berkaitan dengan gerak semu Matahari. Ia menambahkan, pada bulan September, Matahari berada di sekitar wilayah khatulistiwa dan akan terus bergerak ke belahan bumi selatan hingga bulan Desember.
“Sehingga pada bulan Oktober ini, posisi semu matahari akan berada di sekitar wilayah Indonesia bagian selatan (Sulawesi Selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan sebagainya,” papar Taufan.
Kondisi tersebut menyebabkan radiasi matahari yang diterima oleh permukaan bumi di wilayah tersebut relatif menjadi lebih banyak, sehingga akan meningkatkan suhu udara pada siang hari.
Selain itu, ujar Taufan, terpantau dalam dua hari terakhir, atmosfer di wilayah Indonesia bagian selatan relatif kering sehingga sangat menghambat pertumbuhan awan yang dapat berfungsi menghalangi panas terik matahari.
“Minimnya tutupan awan ini akan mendukung pemanasan permukaan yang kemudian berdampak pada meningkatnya suhu udara,” tuturnya.
Menurut Taufan, gerak semu matahari merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun. Sehingga, potensi suhu udara panas seperti saat ini dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya.
Taufan mengingatkan, dalam rentang waktu kurang lebih seminggu ke depan, masih ada potensi suhu terik di sekitar wilayah Indonesia.
“Mengingat posisi semu matahari masih akan berlanjut ke selatan dan kondisi atmosfer yang masih cukup kering sehingga potensi awan yang bisa menghalangi terik matahari juga sangat kecil pertumbuhannya,” kata dia.
Sehingga, masyarakat yang terdampak suhu udara panas diimbau minum air putih yang cukup untuk menghindari dehidrasi, mengenakan pakaian yang melindungi kulit dari sinar matahari jika beraktivitas di luar ruangan, serta mewaspadai aktivitas yang dapat memicu kebakaran hutan dan lahan, khususnya di wilayah berpotensi tinggi karhutla.
“BMKG juga mengimbau masyarakat untuk mewaspadai adanya angin kencang yang berpotensi terjadi di pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan,” ujar Taufan. (sal/can)