OPINI – Haider merupakan sinema yang menceritakan tragedi anak manusia di belahan bumi kashmir, sebuah wilayah yang menjadi persengketaan antara dua negara yang lahir karena perbedaan identitas, India lahir karena pengaruh dominasi agama Hindu, sedangkan Pakistan identitas agama islam menjadi landasan utama pendirian negara. Film yang disutradai Vishal Bhardwaj, dan ditulis oleh Basharat Peer dan Bhardwaj. Malapetakan dalam film tersebut, bermula dari peristiwa penangkapan terhadap Dr Hilal Meer ( yang diperankan oleh Narendra Cha), oleh tentara India karena membantu mengobati salah satu komandan pasukan separatisme Kashmir, mengetahui ayahnya ditangkap Haider ( Shahid Kapoor) kembali ke Srinagar setelah belajar dari Universitas Aligarh Muslim, Uttar Pradesh, India. Untuk mencari keberadaan ayahnya, pencarian itu dimulai dari satu penjara ke penjara lainya, hingga pada suatu hari bertemu dengan Roohdaar ( Irrfan Khan) yang merupakan satu kombatan gerakan pembebasan Kashmir,dia kemudian menceritakan bahwa ayahnya dibunuh oleh tentara India karena dituding bagian dari gerakan separastime.
Peristiwa itu mengakibatkan benih-benih kebencian terhadap negara India. Berbagai macam dinamika pengkhiantan acap kali terjadi mulai dari Khuram Meer ( Kay-kay Menon ) tak lain merupakan pamanya sendiri, yang menjadi aktor intelektual pembunuhan terhadap ayahnya.
Pada konteks konflik antara India dan Pakistan sudah berlangsung sejak awal kemerdekaan, Pakistan merdeka pada 14 Agustus 1947, sedangkan India 15 Agustus 1947, kedua negara ini mengalami fase kesamaan sejarah karena sama-sama dijajah oleh Britania Raya. Kedua negara ini kerap bersaing dalam berbagai sektor, terutama dalam bidang persenjataan nuklir. Kalau diibartakan jikalau India menusuk Pakistan dengan pisau, Pakistan menikam balas dengan belati.
Negara bagian Kashmir merupakan tapal batas antara India dan Pakistan yang menjadi sengketa politik antara India, Pakistan, dan China. Namun dominasi eskalasi konflik acap kali terjadi antara India dan Pakistan. Awal mula terjadinya konflik dimulai dari, ketika Kashmir menjadi wilayah yang merdeka bebas dari pengaruh India dan Pakistan pada bulan Agustus 1947. Kala itu Kashmir tidak memilih untuk bergabung dengan India maupun Pakistan. Namun, takdir sejarah berubah, ketika Oktober 1947, pasukan bersenjata Pakistan menyerang Kashmir, kemudian Maharaja Kashmir yang beragama Hindu memimpin wilayah Kashmir yang mayoritas muslim, menandatangani surat untuk bergabung dengan negara India. Pakistan menganggap surat tersebut tidak resmi, maka dimulailah badai pertumpahan darah untuk merebutkan wilayah Kashmir.
Perang India dan Kashmir untuk merebutkan wilayah Kashmir pertama kali terjadi, pada 22 Oktober 1947-5 Januari 1949. Mengutip kutipan V. P. Malik dalam Kargil from Suprise to Victory,Perang Indo-Pakistan I itu mengakibatkan jumlah korban mencapai 1. 104 jiwa di pihak India sedangkan 6.000 di pihak Pakistan.
Akibat dari pertumpah darah di Anak Benua tersebut, membuat PBB turun tangan dengan memediasi kedua belah pihak, hasil kesepakatan Line of Control (LoC) kemudian mengubal batas batas geogarfis Kashmir. Wilayah Azad Kashmir dan Gilgit-Baltistan menjadi bagian Pakistan sedangkan Lembah Kashmir, Jammu, dan Ladakh menjadi bagian dari India.
Perang terus berlangsung selama beberapa dekade ini antara India dan Pakistan guna memperebutkan wilayah Kashmir yang kaya alam terutama air, pembangkit listrik tenaga air, agrikuktur, kerajinan tangan, dan industri pariwisata. Total perang telah terjadi sebanyak empat kali.
Pada bulan Agustus 2019, India mengeluarkan aturan baru dengan mencabut hak otonomi wilayah Kashmir, hal tersebut menimbulkan demokrasi besar-besaran, terutama wilayah Jammu, Kashmir, untuk mengkritik kebijakan India terhadap wilayah Kashmir, dan menajih janji untuk menghentikan penindasan, dan memberi harapan bagi orang Kashmir yang kini telah terbagi menjadi tiga wilayah negara berbeda, yaitu, Pakistan, India, dan China.
Harapan untuk mengakhiri krisis perang antara India dan Pakistan selalu tumbuh, namun hal itu tidak mudah, saban hari badai pertumpahan darah kerap terjadi membunuh setiap insan di bumi yang memiliki julukan tanah surga. Pada akhirnya Kashmir tetap menjadi wilayah “ Cinta Segitiga antara India dan Pakistan” .