OPINI – Sikap politik Presiden Joko Widodo belakangan ini semakin menarik untuk dicermati, mulai dari seni komunikasi politiknya dalam pertamuan G-20, hingga pola penggiringan isu publik terkait jatah presiden setelah dirinya. Tidak terhenti di situ, dengan masih adanya sejumlah golongan kekuatan relawan bersama Jokowi, di berbagai media, baik media arus utama maupun media sosial, output politik Jokowi terasa kental dampaknya dalam mempengaruhi iklim politik Indonesia hari ini.
Pada posisi ini jelas terlihat bahwa Jokowi telah berani menampilkan sikap “berani beda” dari sederet presiden Republik Indonesia yang sebelumnya. Berangkat dari pengalaman beruntun dari Solo ke DKI Jakarta. Dari DKI Jakarta ke presiden, hingga dari presiden RI satu periode menjadi presiden RI dua periode. Meski pernah mencuat untuk kembali maju ke periode ketiga, namun wacana tersebut layu sebelum berkembang.
Berani tampil beda sebagai presiden yang dimaksud dalam tulisan ini dapat ditandai dengan beraninya Jokowi dalam menampilkan sikap bagaikan “Avatar” yang seakan mampu mengendalikan api, tanah, udara, air hingga angin. Praktik mengevaluasi internal Polri hingga endorser calon presiden, bahkan calon wakil presiden untuk Pilpres 2024, kemudian menjadikan sosok Jokowi juga dianggap akan berperan sebagai king maker pada Pilpres 2024.
Sikap berani tampil beda juga dilakukan Jokowi saat dirinya sedang aktif menjabat sebagai presiden, tetapi juga sebagai kader partai politik terbesar di Indonesia saat ini. Dalam berdiri di posisi sedemikian, dirinya tampak terbaca bahwa ia memiliki kekuatan unik yang seakan tidak ingin mengikuti arus politik utama yang dimainkan oleh partai politik di tempat ia dibesarkan, justru yang menonjolkan bahwa dirinyalah sebagai pemicu arus utama dalam politik Indonesia hari ini.
Artinya, Jokowi memiliki kehendak tersendiri dalam memainkan peran politik jangka panjangnya. Dari posisi ini pula Jokowi secara tidak langsung menampilkan dirinya memiliki kekuatan dalam menciptakan skema politik masa depan Indonesia, ia berhasil membantah anggapan-anggapan yang bahwa mengatakan bahwa dirinya adalah sebagai presiden yang diwayangi atau seutuhnya melaksanakan hasrat pembisik.
Sosok Jokowi yang menjadi kunci kemenangan pada pilpres 2024 masih bersifat misteri hari ini, benar atau tidak? Jika masih ragu, perhatikan saja gelagatnya saat ini dan kemudian dampaknya bagi pola berubah dari komunikasi politik yang dilakukan lintas ketua umum partai politik yang kemudian dari kehendak bermanuver keras, dan kemudian secara bertahap mulai mengibarkan bendera “siap mengikuti ritme Jokowi”.
Sebagai contoh, perhatikan komunikasi Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh saat setelah mendapat hantaman framing media dan selanjutnya langsung mengeluarkan kalimat bahwa Jokowi adalah presidennya Partai Nasdem. Demikian halnya dengan Ketua Umum Partai Golkar yang saat ini masih setia dan tampak masih ingin selalu dalam barisan Jokowi. Partai PPP juga sedemikian, setelah mencuat keretakan internal, kemudian mendadak seolah-olah konflik tersebut telah pulih. Apakah ada keterlibatan Jokowi dalam hal ini? apakah ketua umum PPP masih dianggap bersama Jokowi? Pertanyaan ini semankin misterius bagi publik, dan menarik untuk terus diulik.
Demikian halnya Partai Gerindra, dalam proses pengumuman ketua umum Partai Gerindera sebagai calon presiden RI 2024. Saat itu Prabowo Subianto terang-terangan memuji Jokowi, baik sebagai pemimpinnya maupun sebagai mantan rival yang sangat dihormatinya. Sikap bangga menjadi menterinya Jokowi disampaikan oleh Prabowo Subianto. Sikap politik ketua umum Partai Gerindra sedemikian secara tidak langsung telah memberikan sinyal kepada publik bahwa Prabowo dan Jokowi saat ini tampak semakin menyatu dalam kesatuan politik yang integral. Hal ini lagi-lagi memberi sinyal apakah Jokowi juga akan menjadi King Maker bagi Prabowo di pilpres 2024?
Sama halnya dengan Partai PDI-P yang dikenal semua kadernya harus tertib mengikuti hak prerogatif ketua umum partainya. Dengan isu yang mencuat bahwa Puan Maharani yang berpeluang besar akan dicalonkan sebagai calon presiden dari PDI-P, namun pada saat ini Jokowi sebagai kader partai tidak banyak, bahkan kecil kemungkinan mengendorse Puan Maharani sebagai calon Presiden di Pilpres 2024 mendatang. Kemudian Partai PKB, kecenderungan selalu mengarah pada koalisi yang pro pada pemerintah.
Terkait keberadaan partai di luar koalisi atau di luar kabinet presiden Jokowi, tentu harus bekerja lebih ekstra keras dalam menhadapi gelagat politik Jokowi hari ini. Sebab cara demokrasi berkerja hari ini semakin unik, bahkan sanking uniknya tidak lagi mengikuti arus normal. Proses berdemokrasi di negeri ini tampak secara memaksa kita untuk belajar pada ketidaknormalan, mendorong kita untuk mengambil kebijaksanaan dalam zaman yang cepat berubah, mesti siap menghadapi gelombang kestabilan baru di lintas sektor.
Kolaborasi, kompromi, sharing power, koalisi, persatuan, saling membuka diri, gotong royong, menyamakan prinsip politik. Sederet kata-kata ini telah menjadi pembuka pintu bagai partai politik dalam menemukan keselamatan, bahkan soal keamanan politik Indonesia hari ini. Semua yang disinggung secara abstrak dalam tulisan ini ingin menyampaikan bahwa ada banyak permainan dan tantangan politik yang sedang dirancang, ada banyak skema pilihan yang ditawarkan, ada banyak panggung yang didramakan, ada super banyak biaya yang dihamburkan, ada berbagai pola mobilisasi massa yang diterjunkan, hingga ada banyak pasukan yang diturunkan dalam mengamankan titik atau distrik penentu pos kemenangan politik 2024.
Selanjutnya, semua arah yang sampaikan dalam tulisan ini sangat tergantung pada sentuhan king maker 2024. Siapakah king maker itu? Berdasarkan pengalaman politik kemenangan beruntun dari Solo ke istana presiden dua periode, apakah keliru rasanya jika Jokowi adalah king maker 2024? Jika benar, maka jangan pernah lengah sedikitpun bagi publik dalam mengampil peran dalam menghadapi pusaran badai politik akan belabuh kearah mana, bahkan ke sosok siapa yang sejatinya ingin dimenangkan dalam pilpres 2024.
Sebab arus kekuasaan di Indonesia saat ini tidak lagi bersifat menggelinding seperti bola api atau bola saju. Bahkan terkadang ia seperti pertir, seketika bergemuruh besar, mengagetkan banyak orang, menerangi jagat raya, dan langsung menyisakan kelam dan keheningan.