Kurang dari 320 hari pilpres 2024 diselenggarakan. Meskipun masih ada propaganda politik yang nyaring terdengar soal penundaan Pemilu 2024, justru hal sedemikian tampak luntur dengan sendirinya seiring terus menguatnya politik Presiden Jokowi dalam menjaga eksistensi politiknya sebagai presiden RI dua periode. Diakui atau tidak, hari ini, bahkan detik ini tidak ada satupun poros politik nasional yang berani terang-terangan berseberangan dengan hasrat dan haluan politiknya Jokowi, termasuk partai oposisi dan partai yang pura-pura beroposisi di akhir periode sekalipun.
Dalam konteks politik Jokowi yang luas, justru yang menarik dilirik dan diulik adalah sikap politik Jokowi terhadap bakal calon presiden 2024 yang disebut potensial, yaitu Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Anies R. Baswedan. Tidak perlu banyak basa basi atau pengantar, dari ke tiga bakal calon presiden potensial tersebut, satu di antaranya telah dinyatakan secara gelagat politik tidak mendapat restu politik dari Jokowi, apakah itu faktor sebagai bekas menterinya Jokowi maupun karena faktor politik lainnya. Yang jelas, dari sudut pandang politik petahana, sosok yang tidak mendapat restu dari penguasa “perangkat negara” kemungkinan besar akan tumbang dengan tidak menyebutnya sengaja ditumbalkan.
Sementara itu, dua bakal calon presiden 2024 potensial lainnya, yakni Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. Kedua sosok ini tampil sejalan dengan politiknya Jokowi, baik Jokowi sebagai presiden RI maupun sebagai tokoh konci pada pilpres 2024 mendatang. Ada banyak faktor yang melatarbelakangi hal ini semua, di antaranya adalah adanya rajutan politik pembangunan dan persatuan atas nama bangsa Indonesia yang terjalin antara Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dengan Presiden Jokowi.
Potret politik yang “mendapat restu” dari Jokowi tersebut tentu bukan lagi menjadi rahasia publik. Karena semua ini telah dengan sengaja dibuka ke ruang publik sejak jauh-jauh hari, baik melalui pemberitaan media arus utama maupun kunjungan kerja presiden di berbagai wilayah Indonesia. Namun demikian, posisi satu orang yang juga “mendapat restu” dari Jokowi tersebut tampak belum selesai urusannya dengan seorang ketua umum partai politik terbesar di Indonesia saat ini. Sehigga dari kondisi sedemikian arah angin yang tampil sebagai bakal calon presiden 2024 yang dijagokan Jokowi tertuju pada seorang ketua umum parpol yang bernama Prabowo Subianto.
Tanpa ada unsur kebepihakan, barangkali sikap politik Jokowi yang mendukung serta mengendorse Prabowo Subianto sebagai sosok presiden yang akan dimenangkannya pada pilpres 2024 sudah menjadi kenyataan politik Indonesia hari ini. Tentunya kemesraan politik yang semakin kuat antara Jokowi dengan Prabowo menuju pilpres 2024 tidaklah datang begitu saja bagaikan kekuatan yang jatuh dari kolong langit.
Jika tidak ingin menarik lebih jauh terkait faktor kemesraan politik antara Jokowi dan Prabowo, paling tidak dapat ditarik dari garis waktu saat Prabowo Subianto sebagai ketua umum parti politik yang pernah merekomendasikan Jokowi untuk maju sebagai calon Gubernur DKI Jakarta. Pada masa ini, semua kekuatan politik Prabowo secara nyata terlibat aktif dari awal hingga akhir dalam pemenangan Jokowi hingga meraih jabatan Gubernur DKI Jakarta. Selanjutnya, kemesraan politik Jokowi dengan Prabowo semakin menguat saat Prabowo berani mengambil sikap politik yang tak populer ketika bergabung dengan kabinet Jokowi sebagai rival politiknya sesama perebut kursi presiden RI kala itu.
Hasilnya, Jokowi tampil sebagai pemenang pilpres dan Prabowo bergabung dengan Jokowi dengan segala kekuatan politik yang bersarang pada dirinya. Namun, Prabowo mengaku hal tersebut dilakukannya atas nama persatuan bangsa dan kepentingan negara. Atas nama persatuan dan kesatuan bangsa. Atas nama tidak terpecah-pecahnya rakyat Indonesia. Sehingga menjadikan Prabowo siap pasang badan dalam membantu kinerja politik presiden Jokowi. Selanjutnya, dengan sikap tegas dan taat pada pimpinan yang menjadi ciri khas dari karakter Prabowo, kemudian ia mengakui bahwa kepemimpinan nasional Presiden Jokowi penting untuk dipelajari. Singkat narasi. Kini Jokowi telah menjadi pemimpin sekaligus mentor politik bagi Prabowo menuju gelanggang pilpres 2024.
Tentu kenyataan politik sedemikian tidak semua pihak menerima. Namun demikian, begitulah dunia politik Indonesia berkerja dalam merekonstruksi sistemnya. Rakyat bahkan elite politik sekalipun tidak bisa berbuat banyak dalam menghadang kekuatan besar politik yang kini sedang dipimpin oleh seorang dari kalangan sipil, tampilannya sederhana namun mampu mengelola kekuatan politik nasonal yang beragam, baik dalam hal memimpin para jenderal, mantan jenderal hingga politisi dan pengusaha di berbagai negara. Itulah penampakan konkret terkait politik Jokowi hari ini yang sulit terbantahkan.
Kemudian, yang menjadi pertanyaan kuncinya adalah apakah benar Jokowi bergerak untuk memenangkan Prabowo Subianto pada pilpres 2024? Tanpa terburu-buru untuk menjawabnya, yang jelas gelagat politik dan berbagai perangkat politik yang dimiliki Jokowi saat ini telah ramai-ramai menyatakan berlabuh bersama Prabowo pada pilpres 2024. Ditambah lagi dengan sikap semakin mesrannya antara Jokowi dan Prabowo dalam berbagai agenda politik kenegaraan yang terus dipanggungkan di hadapan elite dan rakyat Indonesia hari ini. Untuk selanjutnya, tanpa menjawab pertanyaan kunci dari tulisan ini, barangkali pembaca telah dapat menemukan jawaban utuh terkait apakah politik Jokowi mengarah untuk menangkan Prabowo pada pilpres 2024?