PURWOREJO, Pelita.co,-Desa Tangkisan, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo, masuk dalam SK Desa Mandiri Energi (DME) di Provinsi Jawa Tengah sejak tahun 2020. Program DME digagas sejak tahun 2016, oleh Gubernur Ganjar Pranowo yang menjabat saat itu.
Bahkan, Pemprov mengklaim berhasil menjadikan 2.369 desa memiliki energi baru terbarukan sehingga masuk kategori DME. Desa Tangkisan, melalui peternakan sapi ‘Bina Lestari’ berhasil menjadi juara DME sebanyak dua kali karena berhasil mengolah kotoran sapi menjadi biogas untuk memasak.
Namun, anehnya usaha ini milik perorangan, bukan digerakkan oleh pemerintah desa. Pemprov pun belum pernah memberikan perhatian secara khusus berupa bantuan, hanya memberikan uang hadiah juara 2 DME Provinsi Jawa Tengah sebanyak Rp7,5 juta tahun 2021 lalu.
“Energi terbarukan di sini jenis biogas. Dari kotoran sapi, diolah menjadi gas untuk memasak. Usaha ini dirintis oleh kakak saya, Karnoto, yang menjafi dosen Fakultas Teknik Elektro di Undip sejak tahun 2013 lalu. Pertama kali bisa dimanfaatkan oleh 13 rumah, sekarang hanya 3 rumah termasuk rumah yang untuk peternakan ini,” tutur Ariyanto, pengelola peternakan sapi Bina Lestari saat diwawancara.
Sebagai informasi, jumlah penduduk di Desa Tangkisan berdasar data tahun 2021 adalah 1.054 jiwa, dengan jumlah KK hampir 300 lebih.
Berkurangnya jumlah pemakai biogas ini, karena jumlah sapi yang dulunya 36 ekor, kini tinggal 12 ekor saja. Sejak memakai biogas, rumah tinggal dan peternakan milik Karnoto ini tak pernah membeli gas elpiji. Selain menghasilkan gas, kotoran sapi yang tidak menjadi gas bisa menjadi pupuk organik.
“Warga yang memanfaatkan biogas ini gratis, tidak membayar. Hanya pipa untuk instalasi hingga ke kompor masang sendiri. Kalau kami prinsipnya, mau pakai biogas kotoran sapi ini silakan, enggak ya silakan,” tambah Ari.
Untuk memproses kotoran sapi menjadi gas, ada tiga bak penampungan berukuran 2x2x2 meter. Bak pertama untuk mengolah kotoran sapi dari kandang, kemudian dialirkan ke bak kedua. Setelah masuk bak ketiga, kotoran sudah menjadi gas dan pupuk cair.
Sekretaris Desa (Sekdes) Tangkisan, Agus Winarno menjelaskan, sebenarnya desanya masih belum bisa dikatakan sebagai desa mandiri energi. “Yang memanfaatkan gasnya itu hanya sedikit, sekarang 3 rumah. Kurang efektif, karena hanya yang dekat-dekat peternakan saja yang bisa ikut menikmati gas dari kotoran sapi. Meskipun ikut lomba DME, tapi itu usaha perorangan, bukan milik desa,” tutur Agus di sela-sela mengikuti musyawarah Polosoro Kecamatan Bayan, Selasa (10/10/2023).
Ia juga membenarkan masuk dalam daftar DME Pemprov Jawa Tengah. “Masuk Desa Mandiri Energi, tapi belum pernah dapat bantuan Pemprov, hanya peternakannya itu dapat hadiah karena juara 2 DME. Saat menerima penghargaan kejuaraan, yang datang Pak Kades Bambang Oaryadi dan Ketua RT 2 RW 2 tempat peternakan,” ujar Agus.
Lanjutnya, untuk mengolah kotoran sapi menjadi gas untuk memasak, butuh biaya besar. Menurutnya, untuk rumah tangga, masih murah memasang instalasi listrik dan membeli gas elpiji daripada membuat pengolahan bio gas.
“Namun manfaat dengan adanya pengolahan biogas oleh Bina Lestari ini, warga kami jadi ada pembinaan dan pemberdayaan terutama bagi anak-anak muda. Warga juga diberdayakan menjadi tenaga kerja kelistrikan, bahkan dikirim ke luar Pulau Jawa. Jadi manfaatnya banyak juga,” kata Agus.( NING)