Beranda Opini

Menulis, ChatGPT, Industri dan Prospeknya

Oleh Zulfata, Direktur Kartika Cendekia Nusantara (KCN).(Dok.Ist)

Pelita.co – Kehadiran chatbot, pengaruh mesin canggih kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang akbrab disebut ChatGPT telah menggemparkan dunia sejak 2022. Setelah menelusuri berbagai pandangn pakar terkait ChatGPT, saya juga mencoba mengoperasikan ChatGPT dengan dua pertanyaan. Pertanyaan pertama yang saya ajukan adalah bagaimana pandangan ChatGPT terkait prospek karir penulis di masa depan? Kedua, bagaimana prospek kepenulisan di masa depan?

Dalam hitungan detik, ChatGPT langsung membalas serta memberi jawaban “Saya menganggap bahwa masa depan karir penulis akan baik dan positif apabila penulis dapat menanggapi dan menghadapi kemacetan karirnya secara tulus, memiliki pemahaman mesin pengeceran dan menampilkan kinerja yang memuaskan dalam bidang pengeceran”.

Kemudian atas jawaban kedua dari pertanyaan saya dari ChatGPT adalah “Prospek industri penulisan ke depan berbunyi sebagai berikut: Industri penulisan memiliki saham yang tinggi dan cukup berperan dalam mengembangkan kinerja sebuah perusahaan. Dengan begitu, industri ini bisa membantu perusahaan melakukan prognoses serta bergerak dalam berbagai bidang ekonomi. Sebuah perusahaan penulisan bisa memproduksi berbagai jenis buku, seni, atau berbagai formulir yang dapat dipergunakan oleh masyarakat. Hal ini memungkinkan perusahaan ini menghasilkan uang dengan cukup baik”.

Tanpa melupakan pola berfikir secara sehat, atau masih mengedepankan berfikir kritis, sepintas lalu saya menilai bahwa memang tampak benar atas jawaban ChatGPT tersebut terkait progres karir penulis. Dalam konteks ini pula, melalui pertanyaan terkait masa depan yang saya pancing terhadap ChatGPT, benarlah memantaskan ia menggemparkan dunia, terutama bagi dunia kepenulisan, apakah itu bagi lemabaga pemerintah maupun swasta.

Baca juga :  Truck FAW Menjadi Pilihan Pengusaha Milenia di Yogyakarta

Diakui atau tidak, kehadiran ChatGPT telah memberikan demarkasi yang jelas bagi peminat literasi dalam konteks menulis dan menemukan berbagai solusinya. ChatGPT bukan saja akan menggilas manusia atau penulis-penulis yang tidak ingin membenahi kapasitas menulisnya, tetapi ChatGPT juga dapat menjadi rekan yang baik bagi manusia sebagai penulis dalam meniti karirnya sepanjang masa.

Melalui kajian ini saya sengaja menyebut manusia sebagai penulis, sebab di era yang telah menjadi dunia bekerja dengan berkolaborasi dengan robot, telah menjadi keniscayaan hari ini bahwa telah adanya robot sebagai penulis. Sehingga masa kini kita telah menyaksikan bahkan menikmati tulisan dari manusia sebagai penulis, dan robot sebagai penulis.

Memasuki momentum , industri pers telah merasakan secara lansung terkait kehadiran dampak kekuatan algoritma dan yang sejenis dengannya. Jika dulu industri pers gulung tikar karena diintervensi oleh kekuasaan dan motif kekurangan modal finansial, kini industri pers tampak semakin tampil berkolaborasi dengan algoritma. Sehingga potensi kemanusiaan dan robot saat ini terus berusaha untuk menciptakan konten-konten tulisan yang berkualitas bagi kehidupan barbangsa dan bernegara.

Jika kita pahami dari sisi kejujuran, apakah saat ini kita lebih percaya kepada manusia sebagai penulis? Atau lebih percaya kepada robot sebagai penulis? Tidak percaya pada kedua-dunya tentu bukan pilihan yang tepat. Dua pertanyaan ini seakan telah menghantarkan kita berada dipersimpangan jalan untuk terus berani dan kreatif memposisikan diri dalam menghadapi konten-konten dari berbagai tulisan yang dilempar ke ruang publik.

Baca juga :  Desa, Jakarta dan Pilpres 2024

Dalam konteks Indonesia, di tengah kondisi rendahnya minat baca dan menulis namun tingginya konsumsi media , kini robot-ChatGPT seakan telah menampar kita agar cepat bangun dari ketertinggalan literasi secara akut di republik ini. Robot yang menggantikan peran strategis manusia semakin hari semakin merambat dari semua sektor. Hari ini barangkali telah sukses menggantikan peran guru besar dalam menyediakan konsultasi terkait pendidikan karir, bisa jadi di kemudian hari robot dapat menggantikan peran strategis manusia secara keseluruhan. Semua ini waktu akan menjawab soal kepastiannya. Kita dalam posisi ini hanya sebatas penilai, penikmat dan berusaha memahami prospeknya.

Berangkat atas realitas ekosistem menulis- dan kaitannya dengan industri kepenulisan, tidak keliru rasanya ketika kurangnya lapangan pekerjaan dan timpangnya kesempatan bekerja di Indonesia hari ini, senantiasa dapat menghitung peluang atau terkait industri kepenulisan. Boleh jadi industri kepenulisan ini disebut sebagai industri pers, lembaga menulis, hingga lembaga pembentukan skil penulisan keratif dan populer lainnya yang dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.

Saya yakin, bukan saja karena anggapan yang diberikan oleh ChatGPT seperti yang disampaikan di atas, tetapi setiap perusahaan pasti membutuhkan kekuatan tambahan bagi manusia-manusia sebagai penulis yang nantinya juga akan terus berkolaborasi dengan robot robot sebagai penulis. Dalam konteks ini pula, keterampilan menulis mesti terus ditumbuhkan di seluruh wilayah Indonesia, tidak boleh lamban, tidak bisa diserahkan pada proses alamiah begitu saja.

Baca juga :  Sosok Guru Fasilitator Nasional, Lahir di Kisaran Mengabdi di Batu Bara

Kekuatan tulisan hingga para penulis yang mencerahkan tidak boleh dibiarkan selalu timpang, tidak boleh disokong secara sentralistik, terlabih manusia sebagai penulis tidak mendapat kehidupan secara layak. ChatGPT dengan segala celah kekurangan yang dimiliki mesti terus dimanfaatkan untuk meningkatkan semangat dan praktik tulis menulis generasi bangsa. Meskipun dalam dunia pasar kerja, persaingan manusia dan robot terus terjadi diberbagai belahan dunia, manusia sebagai karyawan telah ramai digantikan oleh robot.

Untuk itu, dengan semangat dan kesadaran untuk terus meningkatkan kemampuan menulis bagi anak manusia/generasi bangsa, secara tidak langsung anak manusia tersebut akan terus meningkatkan kemampuannya, sehingga tidak dapat diambil peran seutuhnya oleh peran robot kedepannya. Jika kembali kepada prinsip utama dalam dunia tulis menulis di republik ini adalah untuk mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk itu pula prospek untuk terus berjuang mencetak manusia sebagai penulis mesti terus ditingkatkan dari masa ke masa.

Jika progres penulis tidak mempertimbang aspek industri, selama itu pula kutukan manusia sebagai penulis akan menjadi kenyataan. Terlebih keberadaan perguruan tinggi hari ini masih jauh dari kata efektif dalam meningkatkan literasi publik, baik dari sisi tulis menulis untuk rakyat, hingga literasi dalam memerdekakan rakyat dari rendahnya minat baca dan menulis.